Ibu.........
Adakah kau dengar serak paraunya suaraku..
Memanggil berharap kau dekap aku dengan hangatmu..
Menangis ingin terlelap dalam endapan sayapmu..
Ibu.......
Berhari,minggu,bulan bahkan tahun.....kau tinggalkanku..
Bukan aku tidak tahu itu semua untuk aku....
Bukan aku tidak menghargai jerih payahmu....
Tapi aku ini darah dagingmu Ibu.....
Tak inginkah kau menidurkanku dengan dongengmu??
Tak inginkah kau belai Rambutku dengan lentiknya jemarimu...
Tak inginkah kau suapi aku dengan kasih sayangmu??
Ibu........
lima tahun sudah waktu juga sekitar membesarkanku...
Tak inginkah kau tahu aku sekarang sudah bisa ini dan itu??
Tak ingin tahukah kau bahwa aku sudah bisa lafalkan namamuu??
Ibu.....
Raga juga hati ini tak butuh materi darimu
Kasih sayang yg utuhlah harapanku
Karena aku juga ingin seperti sekelilingku
Mohon Ibu.....Aku Ini darah dagingmu....
jangan memikirkan apa yang di lakukan orang lain ke kita akan tetapi pikirkan apa yang sudah kita lakukan utuk orang lain
Rabu, 15 Desember 2010
Dunia tanpa musim
Malam masih menyisakan remang
Ketika semburat perak mulai menguak pagi
Mengikis kabut yang enggan beranjak pergi
Namun rotasi bumi akan terus berlari
Merubah waktu dan musim agar terus berganti
Sebuah dunia yang penuh warna abu-abu
Tersebar di bawah jembatan-jembatan bertiang seribu
Mereka hanya memiliki satu musim dan satu waktu
Pagi, siang, malam, bagi mereka tak berlaku
Di sebuah negeri
Yang tengah berbenah diri
Dari rongrongan berbagai dekdensi
Termasuk budaya korupsi yang tinggi
Kisah ini sungguh terjadi
Ketika semburat perak mulai menguak pagi
Mengikis kabut yang enggan beranjak pergi
Namun rotasi bumi akan terus berlari
Merubah waktu dan musim agar terus berganti
Sebuah dunia yang penuh warna abu-abu
Tersebar di bawah jembatan-jembatan bertiang seribu
Mereka hanya memiliki satu musim dan satu waktu
Pagi, siang, malam, bagi mereka tak berlaku
Di sebuah negeri
Yang tengah berbenah diri
Dari rongrongan berbagai dekdensi
Termasuk budaya korupsi yang tinggi
Kisah ini sungguh terjadi
kesetiaan
Pernah bintang berkata pada langit
“Aku tak mungkin berkhianat pada bulan”
Langit terkesima
Kelelawar-kelelawar mengelus dada
Kunang-kunang bertasbih memanjat doa
Wajah bulan penuh menatap bumi
Bertengger pada sepotong awan
Dibisikinya awan tentang kesetiaan
Mayapada benderang
Anak-anak berlari gembira
Bulan dan Bintang bersanding dalam tahta
Mengawal malam menjemput sang fajar
“Aku tak mungkin berkhianat pada bulan”
Langit terkesima
Kelelawar-kelelawar mengelus dada
Kunang-kunang bertasbih memanjat doa
Wajah bulan penuh menatap bumi
Bertengger pada sepotong awan
Dibisikinya awan tentang kesetiaan
Mayapada benderang
Anak-anak berlari gembira
Bulan dan Bintang bersanding dalam tahta
Mengawal malam menjemput sang fajar
Langganan:
Postingan (Atom)