Kamis, 30 Desember 2010

tak ada guna

salah beraksi
tak bisa berkarya
selalu mengandalkan orang lain
sekalu bikin orang lain kecewa, susah, gak nyaman
dimana pisitifnya?
kalaupun kadang bisa berpikir jernih, penyampaiannya yang kurang tepat
memang percuma, tak berguna
pergi adalah jawaban
daripada menambah masalah/beban orang lain
tapi jangan mati dulu
karna masih ada yang membutuhkan

perasaanku saat ini

Tak tahu ekspresi apa yang seharusnya ku ungkapkan kini, 
karna MUNGKIN tak ada lagi kata atau perbuatan yang bisa merubah semua ini.
Selalu salah memang ku bertindak, 
tak pernah tanggap memang ku terhadap setiap kejadian.
Kalaupun nasi sudah menjadi bubur, ku hanya ingin menikmatinya dengan sebuah keikhlasan dari hati.
Karena tak ada sesuatu yang menyenangkan di dunia ini kecuali atas ketulusan untuk menerima sesuatu yang datang.
Hanya rasa dan kata "terima kasih" lah yang bisa ku ungkapkan untuk ini,
karna keterbatasan dan ketidakmampuanku untuk bisa menjadi lebih
Perasaan bahagia, sedih, kecewa juga haru jadi satu seperti jamu,
dan kini ku harus bisa menerima semua anugrah ini
Ku akan tetap mengenang ini sebagai sebuah pengalaman yang tak terlupakan

ngiler

menguap ketika kantuk datang.....
g da lain dan bukan itu akibat dr ngantuk
ngantuk bs d rasakan nikmat kalo mank lg pgn tidur. tapi banget nyiksa utk yg lg pgn melek
apa? apa yg bs jd obat kalo dh bnr2 ngantuk?
kopi? rokok? ato pesbuk?
yang pasti jwbnya adl tdr
palagi yg doyan tdr
kalo mulut udah melompong berarti sdh pulas pake banget tdrnya
apalagi d tmbah dg mengalirnya air liur
dg kata kerennya NGILER hmm sempurna sdh kenikmatan itu
hikz!!! ternyata Tuhan Maha Murah
hanya NGILER aja nikmatnya udh tak terbandingkan
:)

sll mensyukuri nikmatnya apapun bebtuknya
kelebihan ato kekurangan akan menjadi nikmat bila pandai mensyukuri
*****************

hanya ilusi

tak ada lagi yg bs ku lht ttgmu
semua tlah kau tutup rapat untukku
pintu, jendela dan semua celah tak ada yang tersisa
sengaja kau sembunyi dariku
namun ku masih ingat
ku ingat akan semua janji yang SERING tertinggal 
mgknkah itu hanya mimpiku?
atau kau sengaja beri harapan semu?
ahhhhh. ......
tak tahu aku akan jln fikiran itu
hentikanku dlm bayang ini
dorong aku ke tempat yang seharusnya
jauhkan aku dari semua bayang tentangmu
karna engkau hanya ilusi

Sabtu, 25 Desember 2010

bunda

Dalam setiap irama tubuhmu kau selalu menyapa
Dalam kepenatan yang tak pernah terbisikkan kau selalu mendekap
Dalam kerinduan yang sangat kau tak pernah ingin lepas dariku

Usiaku kini telah berubah
Aku bukan lagi balita kecil
Kaulah yang telah membentuk jiwa mentah ini
Kaulah yang telah mengelola emosi labil ini
menjadi lokomotif kemajuan
Kaulah yang selalu memberiku keberuntungan
dengan nasihatmu kala malam telah larut
dan gerbang mimpi siap menghampiriku


Kala yang lain terlelap
Kutahu kau tak pernah terlena
Pikiran, hati, jiwa, dan emosiku selalu bekerja demi masa depanku
Kau selalu berpacu dengan waktu
Karena kau yakin, tanpa itu bisa jadi
aku terlindas oleh jaman yang semakin keras

Kaulah pengantar luasnya pengetahuanku
Kala wadah kosa kataku hanya bagai tetesan air
Kaulah yang memenuhinya hingga menjadi sebuah lautan
Kaulah bintang berkilauku
Yang tak akan pernah terlupakan
oleh rangkaian huruf cahaya sejarah peradaban manusia

Andai aku bisa, bunda
Kan kubalas segenap cinta dan kasihmu
Andai aku mampu, bunda
Kan kupersembahkan seterang kilauanmu,
sehangat dekapanmu, setulus kasihmu,
dan sebijak nasihatmu

Kutahu, bunda
Tanganmu tak pernah lepas berharap untukku
dalam setiap do’a yang kau panjatkan
Kutahu bunda
Senyummu selalu menyapa dalam setiap kata cinta
yang keluar dari lisanmu
Kutahu bunda
Mata hatimu selalu terjaga dalam setiap derapku

Ya Allah
Kutengadahkan tanganku berharap
kau membahagiakannya sepertiku kini
Ya Rabbi
Kumemohon berilah bunda mimpi yang selalu indah
Ya Rabbul Izzati
Kuberharap padaMu anugerahkan bunda kecupan hangat
Seperti yang selalu ia berikan padaku saat aku terbangun di pagi hari
Ya Illahi
Sejahterakanlah bunda

Bunda, pelangi dan matahariku
Hari ini kuhaturkan dengan tulus padamu

Selasa, 21 Desember 2010

Ibu.....

Ibu …….
Kau begitu cantik, pesona mu anggun
Setia mu tiada tara
Nafas mu ada dalam diri ku
Detak jantung mu menyatu dalam sanubariku
Belaian mu lembut bagaikan sutra
Kesetian mu tiada tergantikan
Engkau selalu penuhi harapan ku
Cahaya hidup mu terang untuk ku
Pelita mu menyala bagi ku
Kehadiran mu memberikan semangat bagi kuhttp//rita-afia.blogspot.com
Ku rindu kasih dan belaian mu
Ingin ku gapai dalam pelukku
Kau hadir dalam setiap angan ku
Walupun tak dapat ku genggam
Cahaya kasih mu selalu kurindukan
Bantu aku dan berikan ketegaran dalam hidup ku selalu

Senin, 20 Desember 2010

I Am Nothing

Aku bukanlah siapa-siapa
Ketika malam mengunciku dalam kesunyian
Aku bukanlah siapa-siapa
Kala langit mendung tak berawan
Segala harapan yang tertinggal
Kubuang jauh dalam diam
Takkan lagi kusimpan
Takkan lagi kupendam
Aku memang bukanlah siapa-siapa
Karena aku bukanlah orang yang pandai merangkai kata
Tuk tunjukkan pada dunia akan makna rasa
Aku memang tak biasa tuk berbicara
Karena aku hanya ingin merasa
Aku sudah cukup bahagia
Dengan segala yang kupunya
Walau bagimu
Aku ini tiada
Karena aku bukanlah siapa-siapa

Salah Dia....

bukan salahku kalau harus pergi
bukan salahku kalau harus rela akan semuanya
bukan salahku kalau hati ini ingin tenang
bukan salahku kalau diri ini ingin tampak lebih hidup
tapi…
salah dia karena telah membuatku pergi
salah dia karena membuatku rela akan semuanya
salah dia karena membuatku hancur hingga hati ini hitam
salah dia karena membuat diri ini seperti boneka tanpa nyawa
salah dia…
semua salah dia…
karena dia terlalu takut
takut untuk mengatakan kenyataan
kenyataan bahwa dirinya telah bosan
kenyataan bahwa dirinya butuh hal nyata
kenyataan bahwa dirinya tidak pernah dan tidak akan pernah peduli
itu cukup..
cukup sakit…

Tenang........!!!Akan segera di urus

Sering di dalam berita kusaksikan
Para TKI disiksa majikannya
Mereka berteriak, “Tolong….Tolong kami….”
Tenang, akan segera diurus kata para pejabat
Sering di dalam berita kusaksikan
Para fakir dan gelandangan kelaparan
Mereka berteriak, “Tolong….Tolong kami….”
Tenang, akan segera diurus kata para pejabat

mama.....mama....mama

“ Mama… sepatu eza mana?”
“ Ma… sisirin rambut eza donk..”
"Ma..Suapin eza donk!!!
"Ma..Antarin Eza ke sekolah!!
“ Ma… uang jajan eza di tambahin yah. Hari ini Nina mau nomat.”

Aku jenuh

Jenuh…
Bagaikan dalam sangkar
Terdiam membisu tanpa suara
Dan tak bisa berbuat apa-apa
Robot….
Itulah yang kurasakan
hidup terikat dengan peraturan
ini tak boleh itu tak boleh
Ingin kulari ke hutan
dan teriak sekeras mungkin
Namun kutahu itu tak mungkin
Karena tidak ada hutan di kota ini
Ingin kubunuh tapi siapa
dan kenapa ku harus lakukan itu?

Aku malang....Ibuku Jalang ,Bapaku Jahanam bukan kepalang

Aku dibentuk dari dua nyawa yang terpisah. Nyawa seorang pria yang menabuhi seorang wanita bernyawa dengan sperma. Aku ingat saat dulu berkejar-kejaran dengan teman-teman. Kami mencari tempat terhangat, sebelum salah satu dari kami berhenti sesaat. Siapa bilang kami bernyawa setelah salah satu dari kami mempunyai rupa? Kami telah bernyawa dari sejak kami menjadi sperma. Kalau kami tak bernyawa, mana mungkin kami punya tenaga untuk mencapai indung telur wanita. Aku juga masih ingat, sesama teman sperma yang dimuntahkan dari penis manusia, mati di jalan karena mereka berlari terlalu pelan atau kalah dalam himpit-himpitan jutaan teman yang berkejar-kejaran mencari tempat buat makan. Nyawa pertamaku dari seorang pria. Tapi sambungan hidupku berada pada wanita. Aku makan dari wanita yang kemudian kukenal dengan sebutan ibu. Ibu yang mengharapkan kehadiranku atau Ibu yang menganggapku hanya sebagai benalu. Entah yang mana ibuku, aku belum tahu.
Saat ini, aku baru saja bersenyawa dengan tubuh Ibu. Membentuk sel baru yang menyatu. Meninggalkan rupa lama yang dulu hanya berbentuk ekor dan kepala. Aku mulai tumbuh dan tak lama lagi akan membuat pergolakan rasa yang perlahan akan membuat Ibu tahu bahwa aku ada. Aku sudah tidak sabar untuk mengabarinya bahwa ia telah berhasil menciptakan bibit manusia. Aku makan dengan rakus. Aku minum karena selalu haus. Aku ingin cepat mempunyai muka, kaki, tangan, untuk mengelus, menendang bahkan menerajang. Bukan aku tak sayang. Tapi ini satu-satunya caraku untuk memberi tahu Ibu bahwa aku bukan bayang.
Tidak tahukah Ibu, bahwa aku begitu bangga. Aku juara. Aku mengalahkan berjuta ekor dan kepala lainnya yang datang mencari Ibu. Tidak tahukah Ibu, walau belum mempunyai mulut dan bibir untuk tersenyum, aku sudah tertawa, penuh rasa lega akhirnya aku tiba. Lelahku akhirnya terbalas juga. Ibu memberiku makan dari darah yang mengandung sari yang dipompa dari jantung melalui aorta.
xxxxx
Malam pertama bersama Ibu. Aku melihat Ibu duduk di atas sebuah kursi memanjang dengan bantal yang kenyal. Ia seperti menunggu. Apakah Ibu menunggu Bapakku? Aku belum tahu. Malam ini Ibu terlihat begitu cantik. Pantaslah Bapakku tidak bisa munafik untuk tidak tertarik. Ibu benar-benar bersifat magnetik. Pintu diketuk. Ibu bangkit dan berjalan secara perlahan. Seorang lelaki bertubuh tambun dengan perut menyembul, muncul. Dia bukan Bapak. Aku tahu persis siapa Bapak. Aku diam berhari-hari di tubuh Bapak sebelum akhirnya bertemu Ibu. Bapakku tampan. Wajahnya rupawan. Ia mempesona setiap perempuan. Bukan seperti lelaki yang datang ini, perawakannya tak beraturan. Mungkin saja dia bapaknya Ibu. Wajah dan penampilannya menunjukkan seperti itu. Tapi, tidak! Ia menyentuh Ibu dengan gerakan yang sama sekali tak malu-malu. Ada apa dengan Ibu? Ibu, dia bukan Bapakku. Teganya Ibu mengkhianati Bapakku.
Aku lemas. Tapi, laki-laki itu semakin panas. Gerakan-gerakan yang ia ciptakan membuat salah satu bagian tubuhnya menegang. Bagian tubuh itu, persis seperti tempatku dulu di tubuh Bapak. Aku ingat ketika Bapak berlaku seperti itu pada Ibu. Bapak bereaksi. Reaksi itu menimbulkan ereksi. Ia seakan memberi pertanda pada kami untuk siap-siap beraksi. Reaksi ereksi itu seperti permulaan arena balapan. Penuh ketegangan. Kami menunggu dalam deru erangan, yang sebentar kemudian akan memunculkan pertanda, seperti bendera yang turun di arena balapan, kami berkebut-kebutan.
Aku menunduk malu. Ibu dan lelaki itu saling beradu. Lelaki itu membolak-balik iIu seperti barbeque di arang kayu. Lalu, tumpahan-tumpahan makhluk seperti aku membasahi muka Ibu. Mereka tidak berlarian, seperti aku, di dalam liang hangat, tempat laki-laki itu singgah sesaat sebelum air maninya muncrat, mencuat, menggurat menjadi lekat di kulit Ibu yang sekat oleh keringat.
xxxxx
Aku ingin bertemu Bapak. Malam ini, malam keduaku bersama Ibu. Ibu kembali menunggu. Apakah kali ini lagi-lagi lelaki buncit yang memberi malu, atau sesungguhnya Bapak yang ditunggu? Aku belum juga tahu.
Ibu menunggu di dalam sebuah ruangan luas, megah dan nyaman. Ia sendirian. Tapi tidak sepenuhnya sendirian. Ia ditemani segelas minuman. Minuman itu begitu elegan dalam gelas kaca dengan kaki panjang menawan. Ibu menenggaknya. Beberapa menit kemudian aku merasakan sesuatu yang tak nyaman. Minuman itu memabukkan. Oh Ibu, kali ini dia membuatku mabuk. Tubuhku yang belum sepenuhnya terbentuk ini terasa berputar-putar. Dunia tempat Ibu berpijak, berguncang dan seakan tak berhenti bergetar. Aku gemetar. Tapi aku tak gentar. Aku ingin tetap terjaga. Aku ingin bersamanya ketika ia bersama siapa saja, sehingga aku bisa mengenal wajah seorang Bapak yang kutunggu kedatangannya.
Masih, yang datang lagi-lagi lelaki. Lelaki bertubuh tinggi dengan kulit putih sangat terawat. Wajahnya tampan dengan senyum yang sangat memikat. Pantas saja seorang Ibu terjerat. Apakah ia Bapak? Bukan. Sudah kukatakan, Bapakku memang tampan dan rupawan, ia mampu memikat perempuan. Tapi Bapakku berkulit kecokelatan. Lelaki itu datang menjenguk Ibu. Tidak seperti lelaki tambun tak tahu malu yang langsung menyentuh Ibu tanpa ragu. Ia duduk dan berbicara terlebih dulu. Bercanda. Lantas tertawa-tawa. Ia pun meminum minuman yang diminum Ibu. Lalu berbaring dan membuka baju. Bajunya. Dan baju Ibu.
Ia menaiki Ibu yang tengah terbaring. Lalu ia menyatukan tubuhnya dan tubuh Ibu seperti anjing. Suara desah Ibu terpecah melengking. Menciptakan bunyi yang membuat tubuh tanpa kepalaku pusing dan pening.
Makhluk-makhluk yang dulunya seperti aku, akhirnya keluar. Mereka seperti lahar yang mencahar karena panas bergejolak yang membakar. Tumpahan-tumpahan itu berlalu bersama waktu, dengan gerakan yang membuat lelaki itu bersimpuh layu. Ini tempatku. Matilah kalian sebelum sampai lebih dalam di rahim Ibu. Aku sudah tiba lebih dulu. Sudah tidak kusisakan lagi sedikitpun tempat untuk kalian menyatu.
xxxxx
Dan aku masih menunggu. Menunggu Bapakku. Tapi Ibu tak pernah lagi bertemu Bapak. Sekian hari sekian waktu Ibu selalu bersama laki-laki. Ibu bertemu laki-laki. Ibu tidur dengan laki-laki. Ibu mencampuri laki-laki. Ibu bercinta dengan laki-laki. Kemudian mereka datang dan pergi, silih berganti. Lompat-lompatan. Desah-desahan. Gerakan jumpalitan hingga ledakan tumpahan air kemaluan, bukan lagi keanehan. Tapi, lompat-lompatan, gerakan jumpalitan, hingga ledakan tumpahan air kemaluan yang bukan lagi keanehan, tidak Ibu lalui bersama Bapak.
Dan hari ini, hari ketujuh bersama Ibu. Ibu masih belum tahu keberadaanku. Ia masih sibuk dengan dirinya yang luar biasa. Luar biasa sempurna. Luar biasa menggoda. Luar biasa bercinta. Laki-laki manapun takluk dan bertekuk lutut padanya. Aku marah pada keluarbiasaan Ibu. Aku kecewa pada gaya hidupnya. Aku putus asa pada sikapnya. Dan aku menerjang. Walau tak punya kaki tangan aku menendang, membuat Ibu mabuk kepayang. Aku ingin Ibu sadar. Aku ingin Ibu dengar. Aku ingin Ibu gentar, bahwa aku ada. Aku nyata. Aku bibit manusia buah bercinta dengan pria yang belum kujumpa.
Ibu meraung. Ia memuntahkan isi perut yang ia kandung. Aku tak urung. Terus kugetar-getarkan tubuhku untuk membuatnya terhuyung. Ibu tersandar. Ia lelah karena harus memuntahkan makanannya keluar. Wajahnya panik. Lalu ia mengambil sesuatu dalam sebuah kotak yang berbungkus plastik. Benda itu berbentuk kertas tipis memanjang secarik. Ibuku mengamat-amati benda itu. Kemudian ia menduduki kloset dan mengencinginya. Ia diam. Menunggu dalam bimbang. Ia berdiri. Berjalan bolak-balik mondar-mandir sambil menggenggam benda itu dan berpikir. Ia meliriknya. Dengan bola mata yang terbuka lebar, nanar, ia memaki.
“Bangsat!
xxxxx
Aku semakin besar kini. Aku berteman dengan benda yang kemudian kukenal dengan sebutan, ari-ari kembaran. Aku sudah memiliki tangan dan kaki, walaupun belum sepenuhnya memiliki jari jemari. Aku tetap makan. Tapi tak lagi makan dengan lahap. Aku tetap minum. Tapi tak lagi minum dengan harap. Aku tumbuh karena aku memang tumbuh dan waktu perlahan membuatku begitu. Sebentar lagi aku akan membuat kulit Ibu meretas. Dan Ibu bukan lagi sadar, tapi juga akan membesar.
Aku seperti tak berhenti meratapi diri, sementara ari-ari tak berhenti mencaci maki. Ia menyebut-nyebut aku si tolol yang dungu. Aku memang tolol dan dungu. Itu semua karena Ibu.
“Hey Jabang Bayi, berhentilah kau berharap. Dunia yang sesungguhnya memang pengap. Kalau kau tak tau caranya bertahan kau bisa megap-megap.”
“Masa bodoh dengan dunia di luar sana, Ari-ari. Aku tak pantas diperlakukan seperti ini. Tahukah Ibu bahwa aku mani yang menang lomba lari terpanjang seantero bumi? Bukan salahku kalau aku kemudian menghuni tempat ini. Aku disuruh lari, aku lari. Teman-teman berkejar-kejaran, aku ikutan. Mereka balapan, aku memimpin di depan, hingga akhirnya aku tiba dalam rahim seorang perempuan. Perempuan yang tak berperasaan.”
“Dia jelas-jelas lupa saat ia masih menjadi sperma. Dunia sudah membuat ia lupa asal mula. Dunia kehidupan yang berbeda, kata mereka.”
“Aku benci Ibu.”
“Ibumu pelacur.”
“Dan aku anak pelacur yang vaginanya selalu menjadi tempat bercampur.”
Ibuku benar-benar tak punya belas kasihan. Ia tak hanya membuatku mabuk dengan minuman. Ia mengisi udara paru-paruku dengan asap yang membuatku jengap. Asap yang ia hirup dan ia jadikan oksigen sampingannya untuk bernafas menjadi racun yang membekas. Ibu benar-benar tak pernah menginginkanku. Ia Ibu yang hanya menganggapku benalu.
xxxxx
Malam ini ia kembali menunggu. Entah laki-laki mana lagi aku sudah tak mau tahu. Dia memang selalu seperti itu. Tidur dengan laki-laki yang datang dan berlalu.
Malam ini, Ibuku tak cantik. Tak seperti biasa, ia terlihat kusut masai dengan rambut berantakan tergerai-gerai. Tubuhnya hanya terbalut kaos singlet berwarna putih. Ia tak memakai bawahan, hanya mengenakan celana dalam berwarna hitam. Ia duduk di sisi jendela di atas sebuah sofa berlengan. Dan dari dalam sini, bisa kurasa bahwa di luar sana sedang hujan. Tangannya memegang sepuntung rokok yang abunya sudah bertumpuk menunggu jatuh. Kakinya bertekuk dan ia peluk.
Seorang laki-laki tiba-tiba datang. Laki-laki itu berperawakan tinggi. Ia tampan dan rupawan. Wajahnya memikat setiap perempuan dan kulitnya kecokelatan. Kulit muka yang sepertinya berewokan meninggalkan bekas cukuran yang terlihat jantan. Ia sungguh laki-laki yang menawan. Dan ia Bapakku.
“Ari-ari, lihat siapa yang datang. Itu Bapakku. Bapak kita.”
“Tenanglah, Jabang Bayi bodoh.”
“Aku takkan bisa tenang, Ari-ari. Aku akan menendang perut Ibu sebagai pertanda agar ia tahu. Aku ingin ia memberi tahu Bapak bahwa kita ada.”
“Diamlah, kau Jabang Bayi tolol. Kau tendang seperti apapun ia takkan memberitahunya. Ia tetap akan diam, dan diam saja.”
“Kenapa ia takkan memberi tahunya, Ari-ari. Lelaki itu Bapak kita. Dan ia berhak tahu bahwa aku ada juga karena dia.”
“Karena Ibumu jalang, makhluk malang. Perempuan itu pun tak tahu siapa yang telah mencampurinya. Jadi memberi tahu laki-laki itu hanya akan sia-sia dan merusak acara bercinta mereka.”
Lelaki yang kusebut-sebut Bapak tidak langsung menyentuh Ibu, seperti lelaki tambun yang penuh nafsu. Ia juga tidak seperti lelaki menarik yang memulai percintaan dengan candaan menggelitik. Ia diam seribu bahasa. Ibu pun diam. Mereka tak saling berteguran. Lelaki yang kusebut Bapak itu kemudian bergerak ke depan Ibu yang masih melihat hujan. Ibu masih tak membuat gerakan. Sesaat kemudian ia menoleh, Ibu dan menghujaninya dengan tamparan.
Aku tersekat. Ibuku tetap diam. Lelaki itu menarik tubuh Ibu dan mencengkramkan kedua tangannya ke leher jenjang Ibu. Ibu tak terpekik walau setengah mati ia tercekik. Bapakku semakin membabi buta. Ia merobek pakaian Ibu sampai tak satupun tersisa. Ibu masih tak melawan. Bahkan ketika lelaki yang kusebut Bapak itu menunggangi Ibu seperti binatang, Ibu terkesan pasrah dan melemah. Bapakku memaki. Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah cacian meskipun ia begitu kenikmatan.
Aku menutup mukaku dengan kedua tangan yang baru terbentuk seakan menahan malu. Begitukah Bapakku saat membuat aku. Hinanya aku. Hal yang sudah lama kutunggu berjumpa dengan Bapak tidak seperti apa yang menjadi pengharapan rindu. Bapak tidak mencium Ibu dengan hangat, ia menamparnya. Bapak tidak memeluk Ibu dalam dekap, ia mencekiknya. Bapak tidak bercinta dengan Ibu penuh dengan rasa, ia memakinya. Ia seperti pawang yang menunggangi binatang yang telah terlebih dulu di cucuk lubang hidungnya. Ibuku benar-benar perempuan binal. Ia pelacur profesional. Ia melayani laki-laki manapun yang tak ia kenal. Sampailah ia bertemu Bapak yang tak kalah nakal. Jadilah aku hasil hubungan yang penuh malu. Lelaki itu tak akan pernah tahu bahwa aku dulu adalah benda berekor dan berkepala yang ada di tubuhnya, dan kini melebur dalam tubuh pelacur, tubuh Ibu, menjadi zygot, menjadi embrio, menjadi setengah manusia yang sudah memiliki kepala sesungguhnya kepala.
Argh! Aku penat. Ibuku perempuan laknat. Bapakku lelaki bangsat.
xxxxx
“Aku seakan tak punya harapan hidup, Ari-ari.”
“Bodohnya kau, Jabang Bayi. Tidak ingatkah perjuanganmu untuk sampai ke tempat ini?”
“Percuma saja, Ari-ari. Ibu Bapak tak menginginkanku.”
“Persetan dengan mereka. Kau tetap berhak melihat dunia.”
Aku terdiam sejenak. Ari-ari kembaranku benar. Aku tak mau mati di sini. Aku sudah hidup dan bernyawa. Perjuangan sampai ke tempat ini sangat berharga. Aku bukan hanya makhluk berekor dan berkepala yang tumpah di muka wanita, di lantai, di kasur, lalu dibuang sia-sia. Aku sudah menjadi setengah manusia, dan aku memiliki hak seperti para manusia, karena aku sudah menjadi bagian dari mereka.
“Ari-ari, apa aku akan melupakan saat-saat ini ketika aku seutuhnya menjadi manusia sejati?”
“Maaf Jabang Bayi, aku rasa kau tidak akan pernah muncul di dunia untuk menghirup udara?”
“Kenapa, Ari-ari? Kenapa?”
Belum sempat ari-ariku menjawab, aku sudah merasakan guncangan hebat bergetar dalam ruang sempit di sekelilingku. Aku bergerak, meronta, melawan, menerjang guncangan yang menarikku juga menarik ari-ari kembaran. Tenaga yang kami miliki sungguh tak sebanding dengan kekuatan angin maha dahsyat yang menyedot kami. Mataku terbuka lebar, nanar, persis seperti mata Ibu saat baru menyadari keberadaanku. Sungguh aku tak percaya bahwa Ibu benar-benar tega. Tanpa sadar aku terisak, dalam tangisan yang rasanya sesak. Ari-ari dan aku saling berpegangan, saling berpelukan. Dan ini adalah perpisahan.
Wahai Ibu, teganya kau padaku. Aku darah. Aku dagingmu. Aku bagian tubuhmu. Sekarang kau membuangku seakan aku sampah. Benda tak berharga yang keberadaannya hanya menyesakkan dunia.
Aku sudah tak mampu lagi meronta. Ari-ariku sudah tak lagi berbicara. Tidak ada juga udara yang mampu kuhirup untuk membakar tenaga. Hanya perasaan marah yang bergejolak dan tergelak-gelak seperti lava. Aku malang. Ibuku jalang. Bapakku jahanam bukan kepalang.
“Kalau saja kau ingat seluruh perjuanganmu mencapai tempat di rahimmu, Ibu, kau pasti tak akan melakukan ini semua. Hanya saja, dunia menggerus ingatanmu. Dan tak lagi membekaskan memori masa lalu asal muasalmu. Aku manusia, Ibu. Walau setengah manusia. Aku berhak hidup dan melihat dunia, walau ia fana.”
Dan aku lemas, tak lagi bernafas. Aku hanya berharap untuk diberi lagi kesempatan menjadi mani pada laki-laki, yang akan kembali membuatku berjuang dan berkejar-kejaran dalam himpitan. Mudah-mudahan aku sampai pada perempuan yang menanti kedatanganku. Bukan Ibu yang hanya menganggapku sebagai benalu.

kau Gila....

Kau gila!
Kau gila!
Inikah yang kau bilang sayang?
Inikah yang kau bilang cinta?
Mana??
Kau bodoh!
Tolol!
Kau takkan mengerti aku
Kau takkan tahu semua tentangku
Kau takkan tahu rasaku
Kau takkan tahu kehidupanku
Kau takkan tahu kebencianku
Kau takkan tahu rinduku
Kau takkan tahu masa laluku
Kau takkan tahu cintaku
Kau takkan pernah tahu

Surat Untukmu

Dalam sepi kucoba renungi
Makna segala perkataanmu
Kucoba ‘tuk ambil hikmahnya
Kucoba tersenyum pada nasib
Kau ingkari hatimu
Demi ‘tuk raih sebuah harapan
Dalam kecewa kukagumi dirimu
Bulan pun sembunyi malam ini
Pengorbanan seorang perawan
Yang dulu pernah bersinar
Biarkan mereka menyerang
Biarkan mereka hancurkan

dimanakah Cinta???

Di manakah cinta?
Apabila cinta bermain akrobat di belakangku…
Bila cinta bersembunyi di balik selimut palsu
Bila wajahnya pun bersembunyi di balik topeng
Sehingga belaian hanyalah sebuah bayangan semu
Di manakah cinta?
Bila bibir seperti sayat belati…
Bila mata seperti api menjalar..
Bila langkah menjadi terseret-seret
Sehingga terhempas debu dan angin kencang

Waktu....

waktu membawaku berlari begitu cepat
menarik erat tubuhku,
memaksaku untuk tetap menatap ke depan
masa lalu,
ingin aku menolehnya sebentar saja
sekedar untuk menghilangkan dahaga kerinduanku
akan masa-masa indah
saat aku masih memiliki cinta
saat ini sepertinya aku mati
rasaku hilang entah kemana
duka. .
bahagia. .
apapun namanya, semua bagiku sama
tak ada lagi indah yang dulu selalu membuatku tersenyum

Kabut

Aku bingung maunya hati ini
Sebentar rindu ingin bertemu
Sebentar benci dilanda api cemburu
Yang terbayang hanya raut wajahnya
Yang terbersit hanyalah senyum manisnya
Tertawa bersamanya bagaikan surga
Bertengkar dengannya membuatku sengsara

Ketika Menangis

Saat hujan menitik,
apa gunanya menanyai awan?
Kau tidak benar-benar ingin tahu.
Hanya takut basah, kan?
Jadi, apa perlunya bertanya?
Hujan akan reda juga.
Lalu kau akan lupa.

Hancur

awan…
apa kau tahu?
aku di sini sedang menanti
sebuah jendela yang mungkin akan terbuka
bersama hantaman angin
awan….
maukah kau tahu?
sejenak ku tak tahu
dan terus terpaku dalam ragu
sampai aku benar-benar sadar
dihantam angin

nafas terakhir

Jika semua ini memang harus terjadi
Terjadilah….
Aku bukanlah siapa-siapa dan aku bukanlah segalanya
Kehidupan ini bagiku hanyalah kesia-siaan
Biarkan aku pergi…
Biarkan aku meninggalkan penderitaanku
Aku hanya ingin beristirahat
dan mencari secercah ketenangan
Mungkin langkahku harus terhenti sampai di sini
Karena ku tak tau kemana lagi harus melangkah
Duniaku begitu gelap, tiada terang yang menyinari

D'rita.... djie

Kisah nyata

baca sampe abis yah........ceritanya menyentuh banget!!!!!!!


Derita Djie....... (dari Oh mama Oh Papa)

Sebut saja namaku Djie..dan aku masih ingat ketika seorang ibu mendandaniku
sehingga tampak sangat cantik sekali..

Kisah sedihku ini dimulai ketika seorang dengan wajah seram datang
ketempatku dengan mulut bau minuman, dengan suara serak meminta dengan
paksa
supaya aku ikut dengannya.
Kulihat dia menyelipkan uang ke tangan ibu yang menjagaku sambil
menyeringai
memperlihatkan deretan gigi yang hitam2 menjijikan.
Tapi apa dayaku sehingga akupun terpaksa ikut dengannya meski entah apa
yang
terjadi pada diriku ini.
Aku memang lemah dan tak punya kekuatan untuk menolaknya.
Dibawanya aku pergi sehingga tak seberapa lama kudengar dari kejauhan suara
cekikikan wanita-wanita.
Semakin dekat dengan tempat itu, aku melihat ada 4 orang laki-laki ditemani
wanita-wanitanya sambil minum-minum.

Ahhh minuman keras lagi?..
Orang yang membawaku masuk dalam kumpulan orang-orang itu yang ternyata
temannya, sambil memandangi diriku dengan penuh nafsu dan kelihatannya aku
mau dimakan hidup-hidup. Tiba-tiba tangannya menyentuh diriku.
Merabaku sehingga tak ada lagi diseluruh tubuhku yang tidak dijamahnya aku
tak bisa berkata apa-apa.

Dan sekali lagi aku memang lemah dan tak punya kekuatan tuk menolak tingkah
laku orang ini.
Melihat apa yang dilakukannya pada diriku, ke-empat temannya ternyata tidak
tinggal diam. Sambil teriak-teriak "bagi donk, bagi donk...!!!"

Akupun juga mengalami perlakuan yang paling menyedihkan,akhirnya secara
bergiliran merekapun menjamahku dari ujung keujung dengan penuh kepuasan
dan
bukan itu saja yang mereka lakukan mereka mulai mengulum & menghisap ujung
tubuhku. Tapi tetap saja aku tidak berontak karena aku lemah dan tak punya
kekuatan untuk menolaknya.

Aku begitu lemah, sehingga perlakuan keji mendatangiku berkali-kali hanya
demi sebuah kepuasaan sesaat, hanya aku biarkan saja.

Dan itupun masih terjadi sampai saat ini.




Note : pada saat orang itu memaksaku pergi, dia memanggil nama lengkapku
Djie Sam Soe isi 12 batang.

Serius amat bacanya, hehehe...

Rabu, 15 Desember 2010

Si Kecil Yang Merindu

Ibu.........
Adakah kau dengar serak paraunya suaraku..
Memanggil berharap kau dekap aku dengan hangatmu..
Menangis ingin terlelap dalam endapan sayapmu..

Ibu.......
Berhari,minggu,bulan bahkan tahun.....kau tinggalkanku..
Bukan aku tidak tahu itu semua untuk aku....
Bukan aku tidak menghargai jerih payahmu....

Tapi aku ini darah dagingmu Ibu.....
Tak inginkah kau menidurkanku dengan dongengmu??
Tak inginkah kau belai Rambutku dengan lentiknya jemarimu...
Tak inginkah kau suapi aku dengan kasih sayangmu??

Ibu........
lima tahun sudah waktu juga sekitar membesarkanku...
Tak inginkah kau tahu aku sekarang sudah bisa ini dan itu??
Tak ingin tahukah kau  bahwa aku sudah bisa lafalkan  namamuu??

Ibu.....
Raga juga hati ini tak butuh materi darimu
Kasih sayang yg utuhlah harapanku
Karena aku juga ingin seperti sekelilingku
Mohon Ibu.....Aku Ini darah dagingmu....

Dunia tanpa musim

Malam masih menyisakan remang
Ketika semburat perak mulai menguak pagi
Mengikis kabut yang enggan beranjak pergi
Namun rotasi bumi akan terus berlari
Merubah waktu dan musim agar terus berganti

Sebuah dunia yang penuh warna abu-abu
Tersebar di bawah jembatan-jembatan bertiang seribu
Mereka hanya memiliki satu musim dan satu waktu
Pagi, siang, malam, bagi mereka tak berlaku

Di sebuah negeri
Yang tengah berbenah diri
Dari rongrongan berbagai dekdensi
Termasuk budaya korupsi yang tinggi
Kisah ini sungguh terjadi


kesetiaan

Pernah bintang berkata pada langit
“Aku tak mungkin berkhianat pada bulan”
Langit terkesima
Kelelawar-kelelawar mengelus dada
Kunang-kunang bertasbih memanjat doa
Wajah bulan penuh menatap bumi
Bertengger pada sepotong awan
Dibisikinya awan tentang kesetiaan
Mayapada benderang
Anak-anak berlari gembira
Bulan dan Bintang bersanding dalam tahta
Mengawal malam menjemput sang fajar


Senin, 13 Desember 2010

walau tak indah di matamu

Walau tak indah di matamu,
Itulah caraku menyayangimu,
Hingga kelak kau akan tahu,
Betapa besar cinta di hatiku.

Walau membuatmu sakit,
Itulah caraku agar kau bangkit,
Karena aku inginkan yang terbaik,
Bagimu sang penghuni lubuk hati.

Lihatlah awan putih di sana,
Menghias angkasa dengan ketulusannya,
Meski tak ada ucapan terima kasih,
Dia akan selalu membiaskan sinar kasih.

Suatu hari nanti,
Kau akan membenarkanku,
Dan semua yang anggap kejam,
Adalah keindahan yang terpendam.


andai..kopi dan rokok

Jauh kau berada......
Jauh kau terpisah...
Jauh kau merlakan...
Dan jauh kau meninggalkan hak juga wajibmu...

Tak terhitung waktumu 
Tak terhitung lelah di raga jiwamu
Tak terhitung rindu merajam hatimu
Tak terukur air mata menggenangi harapanmu..

1 hari ..2 hari..hingga batas tanpa kau tahu....
1 dolar 2 dolar hingga tak terhitung jerih payahmu..
Untuk siapa....???ya..untuk sang harapanmu
Untuk apa......???ya..untuk sang masa depanmu

Kau yang d negeri sana....
Jangan lagi kau menunduk karena kau layak bangga..
Jangan pula kau malu karena ta banyak yg bisa sepertimu
jangan pula terdiam karena seisi negeri bahkan dunia tengah simpati padamu

Kau yg di negeri sana....
Sisakan air mata untuk kau curahkan ktk bahagiamu datang
Sisakan senyum untuk ketika harapmu tertunaikan
Sisakan Tawa buat cinta yg kelak kembali ada

Kau yang di negeri sana...
Bungkus dan kemaslah asa juga cita di dalam hati Nuranimu...
Lalu keluarkan kelak jika engkau telah berada di puncak dimensimu
Niscahya tak akan ada lagi yg meremehkan juga merendahkanmu....

Kau yang di negeri sana....
Tetaplah jadi ikan hidup yg berada di lautan..........

aku malam ini

........ yang mengendap....
Sudah lama ingin lepas dari kenyataan yang harus diterima
Tetes airmata dipaksa berenti karena sadar ta lg ada arti
Walau didalam sini tangis itu berlanjut
Kediaman yang kucipta membekukan hati dan pikiran
Dan semangat hidup seakan larut haribaan
Kecewa itu semakin melebar dalam semua diri
Sampai batas kaki semua tersakiti
Kebingungan hati mencari pelarian di antara indahnya mimpi
Wajah indah dari masa lalu ikut menambah beban dalam langkah
Lelah menunggu semuanya berubah
Hati ini sudah tak sanggup untuk berbicara lagi
Ingin berteriak sekerasnya ingin .....
Tak ada lagi senyum didalam sini
Yang ada hanya rasa ketidak percayaanmu  dan putus asaku

biru

Biru…
Wajahmu…
Senyummu…
Harummu…
Setenang nyamannya hatiku…

Biru…
Ciptakan kesan dalam jiwa
Setiap kali ku melihatmu
Berbinar mataku menyambutmu
Kukecap setiap jejak kehadiranmu dalam benakku

Biru…
Kubiarkan merasuk dalam kalbu
Biar kuresapi maknamu
Biar engkau tinggal sejenak di dalamnya
Keindahan itu hanya untukku
Biru…
Syukurku padaTuhanku atas ilham penciptaanmu
Terima kasih telah mau hadir
Mewarnai kehidupanku, hingga nanti....

Tisyu

Tak bisa lagi aku merangkai kata indah....
Tak bisa lagi Aku berucap fatwa perkasa..
Tak mampu lagi aku menuai cerita...
Tak mampu lagi aku berpicara.........

Apa pedulimu tentang semua ucapanku....
Sedang airmatakupun tiada arti bagimu....
Apa simpatimu akan jerit piluh rinduku...
Sedang engkau kian asik dengan duniamu....

Tak kan lagi aku bertanya di mana kau letakan aku saat itu
Ketika kau umbar tawa dengan sekelilingmu
Tak akan aku katakan bagaimana perasaanku ketika melihat itu
Karena sesungguhnya engkau telah tahu..

Akupun tak akan bertanya apa kau sengaja dengan itu semua...
Apalah arti dari rasa juga petuah ini
Apalah arti tiap tetesan air mata ini
Apalah arti saanjung puji juga rayu raga juga mulut ini

Air mata itu telah mengering hingga ke dasarnya...
Hati ini ta lebih penting dari sekitarmu
Rindu inipun ta ubahnya bualan atau candaan di matmu
Cinta ini ta ubahnya Tisyu penyeka keringatmu

Kali ini

Pendar-pendar kasih itu memudar
Entah oleh apa , seolah tak tampak.. Tapi terasa ….
Kemarin terasa sesak oleh untaikan semua bahagia
Warna pelangi juga kental bermakna
Apa kasih hanya di batas bahasa
Atau cinta hanya hangat pelukan dan kerinduan
Hari ini dadaku sesak oleh tindihan rasa
Aku kurang dan aku lebih
Hanya itu yang dapat kuberikan
Celoteh riang bagai bunyi bising
Rindu mereka hanya selintas sepi
Ingin di tepis tapi kokoh menyatu
Aku ingin pergi jika saja dapat kulepas kebisingan itu
Tapi bising itu adalah jiwaku
Aku mencintai harimu
Aku mencintai malam pagi juga siangmu
Aku mencinta sedih,sakit,marah,juga jelekmu
Aku menyayangi keindahanmu
Tapi mengapa tak bisa kau bawa juga hariku dan indahku.
Akankah sampai meskipun penuh biru lebam
Aku mencintai semua isi hatimu
Mohon jgn pergi jangan pergi sampai aku mengerti …….


malaikat tak terdekap

Kemabali aku ini teringat akan tangismu 4 tahun lalu...
Kembali terasa lembut jemarimu....
kembali terngiang tawa yg mash lugu..
Kembali dan kembali rasa itu menyiksaku...

Seperti apa kamu sekarang hai malaikat kecilku..
Sudah bisa meraih bintangkah???
Atau sudah bisa kau Tuntun renta pendahulumu
Sungguh aku berdosa padamu....

Aku telah siakan waktu balitamu demi kepingan semu
Aku mendustakan Rinduku demi yg aku sendiri g tahu
Entah apa tanyamu jika kelak besarmu nanti
Entah seperti Apa marahmu ketika kau sadr nanti...

Hai...malaikat kecilku.....
Aku sangt sangat ingin membelai wajahmu....
Aku sangat ingin mendengar tangisan balitamu...
Aku ingin dan ingin tapi tidak dalam jauh seperti ini...

Hai....malaikat kecilku...
Maaf kan aku yang mash saja jauh dari pelukanmu
Maafkan aku juga dia yg masih tega mengkesampingkanmu
Maafkan q yg lebih memilih bahagiakan masa depanmu di banding skrgmu

kelak kau kan tahu seperti apa niatku akan masa depanmu
Tidurlah walau ta ku dekap kamu dengan sayapku
Mimpilah walau ta kau minum susu dari teteku
Dan bangunlah walau ta ku bangunkamu dengan belaian tanganku..

Jadilah si perkasa yg ta layu akan terpaan uji d hidupmu
Besarlah walau kau ta sama denga sebayamu
Tersenyumlah karena kau telah dewasa d usiamu...
Malaikat kecilku..sungguh aku mencintaimu.......

Kamis, 09 Desember 2010

Dusta terindah ciptaanmu

Aku letih,
dengan semua dalih,
yang kau ucap dengan fasih,
meyakinkan kasihmu yang putih,
padaku yang tak bisa memilih,
hingga membuatku tersisih,
tertampar kepalsuan terbersih.

Aku penat,
menyaksikan segala siasat,
yang kau tebar penuh muslihat,
kau perankan tanpa ada cacat,
hingga terlihat bagaikan malaikat,
di balik niatmu yang berkarat,
menabur kebohongan terhebat.

Aku lelah,
menahan semua resah,
karena hatimu telah terbelah,
melemparkanku bagai sampah,
hingga kuakui aku telah kalah,
dan menahan rasa yang berdarah,
terlukai tajamnya dusta terindah.

ajari aku membenci

Ajari aku membenci,
pada semua rasa benciku,
sebab takkan ada keindahan,
kala masih ada kebencian di hati.

Ajari aku mencela,
pada segumpal kesombonganku,
karena aku tak dapat melihat,
betapa lemahnya diri ini.

Ajari aku menertawakan,
pada diriku yang amat lucu,
bagai badut berbalut bantal,
menjadi tabir kemunafikan,

Ajari aku menghina,
pada diriku yang amat hina,
karena di hadapan keagunganNya,
tak mungkin kubusungkan dada.

Ajari aku mmerendahkan,
pada diriku yang amat rendah,
walau anganku melayang tinggi,
kelak juga akan menjadi tanah.

Ajari aku,
tentang hidup dan kehidupan,
agar aku menjadi hambaNya,
bukan hanya patung berjalan.

kebumikan aku di Hatimu

Kebumikan namaku di hatimu,
pastikan hanya ada satu pusara di sana,
untuk kau ziarahi dalam tiap helaan nafasmu,
dan kau taburi dengan bunga cinta setiap waktu.

 
Seandainya kau ingin merangkai beberapa aksara,
untuk kau rentangkan menjadi sebuah nama,
yang akan kau baca di kala sedih dan gembira,
yakinlah tak akan ada nama indah selain namaku.


Sepertinya tak ada lagi yang perlu kau ingat,
akan segala hal tentang corak dan bias warnaku,
karena seinchipun aku tak pernah berjarak darimu,
dan melupakanku hanya terjadi dalam amnesiamu.


Kebumikan namaku di hatimu,
jadikan seakan aku anggota badanmu sendiri,
karena ketika ada yang mencoba menyakitimu,
akulah yang pertama kali merasakan perihnya.

Minggu, 05 Desember 2010

sangkaku

sangkaku kau bnr2 menginginkanku........
sangkaku kau akan berat jika q akan pergi darimu
sangkaku kau akan memaafkan ketika ku cipta salah padamu
sangkaku kau juga merasa cinta seperti cintaku.....
sangkaku kau bs .....

cinta ini hanya aku yang punya...............

cinta ini hanya aku yang punya..............

cinta ini hanya aku yang punya...............

cinta ini hanya aku yang punya..............

Sabtu, 04 Desember 2010

hidup

apa sih hidup ?
apakah bernyawa ?
memiliki nyawa yang telah tercipta
apakah bernapas ?
menghirup oksigen (O2 ) dan mengeluarkan Karbon dioksida (CO2)
apakah berbicara ?
berbicara ketika diajak berbicara
apakah bergerak ?
melakukan gerakan - gerakan tubuh seperti berjalan, berbicara, tersenyum, tertawa, dan lain sebagainya.
apakah bereproduksi ?
bereproduksi menghasilkan keturunan, berregenerasi, menghasilkan barang - barang baru
apakah bermigrasi ?
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain yang tidak berpenghuni
apakah berdiam ?
tidak melakukan gerakan apa pun
apakah bersosialisasi ?
hidup bersama-sama walaupun terdapat perbedaan
apakah bercerita ?
memberikan sejarah kehidupan masalalu kita
apakah mati itu hidup yang lebih baik ?
apakah........?
apakah.........?

lirik hidup

Hidup didunia tak semudah kata2, hidup didunia tak seindah nada2

Banyak aral rintangan menghadang didepan, banyak cobaan yang silih berganti

Memaksa kita untuk bertahan dan bersabar, terkadang membuat kita putus asa

Dalam menghadapi dunia fana ini yang penuh trik dan intrik juga sgala problema

saat kau bermasalah dengan keluarga, sekolah, atau pekerjaan

saat semua beban menumpuk didadamu, serasa ingin lari dari kenyataan
Sejenak lupakanlah semua masalah dan dunia yang memuakan

Kenyataan tak selalu seperti yang kita inginkan

Beban hidup memang terasa berat hadapilah semua dengan tegar

Untuk sejenak lupakanlah semua masalah dalam hidup ini
kubuka mata kulihat keadaan sekitar, kusadari dunia yang tak bersahabat

disaat harus berjuang menghadapi rutinitas yang memuakan

disaat harus menghadapi kenyataan yang pahit dan tak ada seorangpun menemanimu

disaat kau merasa dirimu tertekan, rendah dan tak berguna

meskipun sejenak menghilangkan kepenatanmu dari semua masalah

tapi mariyuana dan alcohol yang kau konsumsi bukanlah solusinya
Sejenak lupakanlah semua masalah dan dunia yang memuakan

Kenyataan tak selalu seperti yang kita inginkan

Beban hidup memang terasa berat hadapilah semua dengan tegar

Untuk sejenak lupakanlah semua masalah dalam hidup ini
tlah banyak waktu yang kubuang percuma, tlah banyak waktu yang kusiasiakan

andai waktu bisa ku ulang kembali, takkan kumelakukan kesalahan yang sama

terasa sepi dalam keramaian, terasa hampa dalam keceriaan

meskipun mencoba tersenyum tertawa namun sebenarnya dalam dirimu menangis

disaat amarah dan tangis menyatu menemani kekecewaanmu

terhadap hidupmu dan duniamu untuk sejenak bebaskan fikiranmu
Sejenak lupakanlah semua masalah dan dunia yang memuakan

Kenyataan tak selalu seperti yang kita inginkan

Beban hidup memang terasa berat hadapilah semua dengan tegar

Untuk sejenak lupakanlah semua masalah dalam hidup ini

catatan....di lautan nikmat

Tentunya nikmat Allah SWT lah yang disebutkan dalam sajak ini. Nikmat Allah itu sangat luas tentunya, rangenya dari nikmat yang dapat diraba dan dilihat maupun nikmat yang hanya dapat dirasa. Dalam bahasa akuntansi nikmat itu cangkupannya dari tangible sampai intangible, dimana kedua-duanya harus dicatat di sisi Aktiva atau bagian Asset lebih lengkapnya, oleh setiap insan manusia.... Seperti halnya asset, nikmat itu bisa didebet alias bertambah ataupun dikredit yang artinya dikurangi. Dan aku percaya bahwa hanya Yang Maha Adil yang mempunyai hak preogratif untuk mendebet ataupun mengkreditkan nikmat.
Selama ini kadang kita terjebak pada pengejawantahan nikmat dalam bentuk yang tangible, sekedar rejeki, sekedar harta, sekedar kedudukan, sekedar kepintaran, kesehatan, dan materi. Padahal kalau kita sedikit meluangkan waktu untuk merenung, setiap tarikan nafas kita adalah nikmat Allah SWT. Bahkan masalah yang sedang kita hadapipun adalah salah satu bentuk nikmatNya kepada cucu Adam ini. Bahwa setiap cobaan dan ujian adalah nikmat dicintai Nya, karena setiap cobaan dan ujian adalah bukti cinta Ilallahi kepada umatNya. Maka sudah semestinya kita bersyukur atas setiap ujian Allah.
Bahwa saat inipun kita sedang berada dibiduk kita, berlayar dilautan nikmat tanpa batas...tanpa ujung. Lautan nikmat yang siap untuk diteguk sebanyak-banyaknya, tergantung apakah kita insani mau menjadikan nikmat ini sebagai karunia yang layak di syukuri atau kita ingkari.

Taman Telaga

Sore di tepi taman telaga......
Bukan sedang mendung tapi langit begitu pekat...
Anginpun tak berhembus tapi terasa sangat dingin...
Airnya pun tak bergerak tapi bgitu keruh....

Sekelebat q tangkap bayangan kupu kupu...
Terbang dari satu bunga ke bunga yg lainya....
Q diam ku pandangi kupu itu....
Terus dan terus sampai ia ta hinggap lagi...

Kemana kau pergi hai kupu kupu....
Tidakah Taman ini begitu luas buatmu???
Tidakah telaga ini begitu luas buatmu???
atau.........???

wahai kupu kupu setengah Tua.....
Apa kau telah lelah tuk terbang d tamanku??
Apa kau telah Terpuakan dahagamu??
Atau sesungguhnya Telaga dan Tamanku ini tak indah buatmu???
· · Bagikan · Hapus

sedihkah Aku???

Tawa dan canda ini tak bisa milikimu....
Sedih bahagia Ini tak bisa milikimu...
Tangis air  mata ini tak bisa milikimu...
Gumpalan Rindu ini tak bisa milikimu...

Bujuk rayu ini tak bisa milikimu....
Cerita malamq juga tak bisa milikimu...
Cerita pagiku jg tak bisa milikimu...
Dan hangat siangkupun tak bisa milikimu...

Sedihkah aku???
Tidak....aku tidak bersedih dan tidak boleh bersedih....
Aku layak bangga dengan pengabdianku brsimbah perih...
Aku pantas tersenyum di sela air bening ini....

Tersenyumlah karena aku juga lakukan itu....
Berbahagialah karena aku juga merasakan itu..
Simpan dan Tutuplah apa apa yg terberai itu...
Agar itu tak jadi makanan sekelilingmu..

kanggo sopo???

Untuk siapa aku ada malam ini.....
Untuk siapa q tersenyum malam ini...
Untuk siapa q bersenandung malam ini...
Untuk siapa q bercerita malam ini....

Untuk siapa mata ini....
Untuk siapa rindu ini...
untuk siapa cinta dan ketulusan ini...
Untuk siapa air mata ini...

Untuk siapa Juling mata ini
Untuk siapa Tembok bolong ini...
untuk siapa yg sekedar gambar ini...
Dan untuk siapa Segumpal daging yg d sebut "HATI"i ini

Do'a ku malam ini

Ya Tuhan.......
engkau tekah tahu rasa ini...
engkaupun telah tahu liku jalanya
pun enngkau telah tahu ending dari ceritanya...

ya Allah....
engkau telah mengerti hatiku juga hatinya
engkau juga tahu cintaku juga cintanya
engkaupun telah tahu seperti apa cinta yg dia jg aku mau..

ya Allah....
engkau begitu mudah mengeluarkan isi perut bumi..
engkau juga mudah memuntahkan airMu dari langit...
pun engkau begitu mudah menghancurkan seisi jagad raya ini hanya dgn htugan detik..

Ya Allah.....
Aku tidak bayak meminta karena engkau telah tahu...
Satu kalimat ini saja sebagai penegas Inginku....
Aku ingin bahagia bersamanya.....
mohon..mohon....mohon dengan sangat....

catatan ujung malam

hay.... hati yg tdk lagi perawan.....
apa kabarmu malam ini???
sudah pudarkah semuanya??
sudah jadi abu abu kah semuanya??

hay....yg katanya lagi kecewa...
Sadarkah q jauh lebih kecewa dengan pikiranmu....
Sadarkah kau aku jauh lbh sedih ikuti arus otakmu...
Selalu dan selalu itu pikiranmu.....

Mungkin kau akan senang dengan jejaku...
Atau kau bisa tertawa sementara q menangisimu..
Dan mungkin kau akan menari d lumpuhnya jiwaku..
Lakukan dan lakukan jika itu bs puaskan tanyamu...

Hay...hati yg senantiasa ku cintai
ingat aku malam ini...
Aku menunggumu d sini...
sampai hatimu kau temukan kembali

catatan terakhir

ya Tuhan....
AKu serahkan kembali padamu....
Juga Aku pasrahkan ini padamu
Apapun jalanMu....

Jangan biarkan dia berpikir seperti itu...
Jangan Biarkan dia percaya apa yg mnduakanMu
Jangan Biarkan dy semakin jauh dari jalanMu
Jangan Biarkan dia kembali ke masa lalu

Tuhan....
Sembah sujudku padaMu

Jumat, 03 Desember 2010

Puisi terakhir....

Saat ku tanya tentang siapa sbnrnya jati diriku,
tak ada sdktpun jwban dr hati ini
Lama dan semakin lama ku coba mencari,
namun mata hati ini terttp oleh silaunya sinar duniawi
Diam ku dlm harap akan hal itu ku terus mencari sebuah jwban
Sejenak ku terkejut!!!
Subhanallah... 
Ternya org lainlah yg bs menjawab tanyaku
Tetang siapa dan bgmana diri ini
Aku yang lupa akan tgg jwbku, 
Selalu bergelut dg tawa dan dosa
Tak pernah ku sadar akan semua tindakan yg tak seharusnya di lakukan
Tuhan,,, ampuni hamba dlm segala khilaf, 
Juga org2 yg pernah temani hamba dlm dosa
Hanya Engkaulah Yang Maha Bijaksana
Semoga kami termasuk org2 yg bs mawas diri dan lbh tau diri

Selasa, 30 November 2010

V.ia inspirasiku

kau anggap apa aku selama ini???

penikmat ragamu?

pemuja nafsumu?

penghibur kesepian mu?



pelengkap dahagamu?

atau tai kucing di sandal barumu???

ketika kau d ujung jenuhmu...

kau buang aku laksana yang kluar dari lubangmu



kau anggap apa rasa ini???

rasa anggur yg memabukanmu??

rasa jeruk yang melenakamu??

atau rasa jamu yg begitu pait d tenggorokanmu???



q paham sepenuhnya inginmu......???

ya.....semakin paham aku akan inginmu..

V.ia inspirasiku

kau anggap apa aku selama ini???

penikmat ragamu?

pemuja nafsumu?

penghibur kesepian mu?



pelengkap dahagamu?

atau tai kucing di sandal barumu???

ketika kau d ujung jenuhmu...

kau buang aku laksana yang kluar dari lubangmu



kau anggap apa rasa ini???

rasa anggur yg memabukanmu??

rasa jeruk yang melenakamu??

atau rasa jamu yg begitu pait d tenggorokanmu???



q paham sepenuhnya inginmu......???

ya.....semakin paham aku akan inginmu..

cinta V.ia

satu hal lagi yang kupelajari dari peristiwa cinta V.Ia (Rita afia)dan pembenarannya selain persimpangan adalah hakekat sebuah cinta dan masalah tentang suatu keadaan. perlu disadari bahwa cinta itu butuh pengorbanan dan cinta adalah soal memberi bukan menuntut. tatkala kita memperhitungan untung rugi sebuah cinta maka yang muncul adalah sebuah masalah hasil ego, produk manipulasi otak.
saat cinta menghantam cadas ketidak an maka rasanya hati ini hancur berkeping keping, cinta bertepuk sebelah tangan membuahkan guratan guratan kepedihan pada setiap lekuk hati serta sayatannya membuat ngilu hingga jiwapun mengharu biru.
kamus besar bahasa cinta memberi istilah untuk keadaan ini adalah sakit hati.
sebelumnya mari kita mundur sejenak, hal ini perlu sebagai perenungan dan dialog 2 diri pribadi antara aku dan hati nurani, kalau kita tengok asal muasalnya sakit hati ini timbul karena ego kita menstimulus otak untuk menyimpulkan keadaan seperti ini sebagai masalah. tentu kesimpulan ini bukan hasil khayalan tapi hasil pembelajaran pikiran bawah sadar atas pengetahuan yang keliru atau lingkungan yang salah, bahkan sebagai kesimpulan wajar sebuah sejarah.
Sebab manusia kebanyakan apabila keinginnannya, angan angannya, atau harapannya tak terpuaskan maka dikatakanlah sebuah masalah sebagai pelarian bahkan pencarian kambing hitam atas keadaan yang dialami. Maka apabila kita tengok jauh ke dalam hati nurani, saat kita haturkan sebuah cinta untuk seseorang kemudian orang itu tidak membalas sesuai keinginan kita, maka disitulah sebenarnya ketulusan cinta kita dipertanyakan. sebab bila kita benar benar mencintainya, sungguh tuk mempersembahkan cinta suci, maka saat keadaan ini terjadi kita akan dengan ikhlas menerimanya. Karena cinta bukan perhitungan untung rugi atau perbuatan yang harus dibalas seperti upeti. mencintai dan dicintai adalah hak pribadi masing masing orang.
tanyakanlah kembali pada diri, apakah aku mencintainya? apakah aku benar benar mencintainya? jika masih ada rasa nyeri dihati dan sesak di dada maka bisa dipastikan itu bukanlah cinta tapi ego serta nafsu tuk hanya sekedar ingin memiliki.
Kemudian akhirnya disadari ini bukanlah masalah tapi hanyalah suatu KEADAAN yang harus dilewati, maka yang ada bukanlah sakit hati melainkan rasa syukur atas kesempatan yang diberikan sebagai pembelajaran hati untuk menjadi lebih baik. konon di dimensi yang fana ini tak ada yang kekal dan abadi, bahkan jika harapan kita saat itu terpenuhi pun suatu saat nanti pasti akan diambil dari kita, sebab kita tidak pernah memiliki, semuanya akan kembali kepada asalnya kepada keadaan sebelum penciptaan. sehingga perlu disadari kembali semuanya adalah hanya KEADAAN yang harus dilewati.
terima kasih kepada sang bidadari yang telah berperan indah dalam pentas megah cintaku, terima kasih telah membuatku menjadi pribadi yang berusaha lebih memahami diri sendiri dan menerima segala KEADAAN yang terjadi, sebab aku mencintaimu setulus hati.

mampus

mampus...
aku memang layak mati
dalam dekapan gigilnya malam
seribu perih
merobek robek hatiku tanpa basa basi
anjing, serigala, malaikat tak bakal menyentuh bangakaiku
lelah bersusun susun
tak jua tak bersua
sesal mendera awan menjelma
gugurnya hujan air mata menetes
tersisa diri sehimpun derita
seribu sakit hati bawa mati dalam sunyi

cerita suatu hari

damai
peluk dirimu
kedua tangan mungilmu
kecup bibir kecilmu
sesekali senyum dan tawamu
teriakan nyaring iringi
hentakan tarian kakimu

terjatuh, kau bangun
belajar tentang kehidupan
belajar warnai bumi
belajar mencintai, mengasihi

buat warnamu, anakku
cari bahagiamu
aku selalu ada
untukmu

tak akan habis waktu

melewati siang malam bersama
dan biarkan cinta memeluk
menempuh sepanjang jalan
dengan rasa yang tak akan habis
selami gemintang kurasa
menjadi sepasang binar
menjelajah semesta, berdua
dan ditemani rasa yang tak akan habis
tampakkan senyummu bersama mentari
esok, menyeruak memecah hari
menyertai langkah menapak bumi
dan ada cinta yang tak akan habis
aku menyulam waktu denganmu
masih panjang masa kita bercengkerama
di sini dan nanti, di sana

resah

gerah.
ingin menggusah ampiran setiap resah
yang terungkat setiap kali.
gelisah.
baiknya meninggalkan kesah-kesah itu
di padang entah
atau menguburnya jauh,
sangat jauh di dalam lemah
dan melupakannya.
tak usah ada nisan.
biarkan dia melebur bersama tanah.
mungkin pada saatnya akan menguap
bersama matahari yang biksah
yang akan memanaskannya
hingga merepih setitik sari
dan tak lagi menyesak bila terhirup.

resah

gerah.
ingin menggusah ampiran setiap resah
yang terungkat setiap kali.
gelisah.
baiknya meninggalkan kesah-kesah itu
di padang entah
atau menguburnya jauh,
sangat jauh di dalam lemah
dan melupakannya.
tak usah ada nisan.
biarkan dia melebur bersama tanah.
mungkin pada saatnya akan menguap
bersama matahari yang biksah
yang akan memanaskannya
hingga merepih setitik sari
dan tak lagi menyesak bila terhirup.

lelah

kapan aku pulang?
aku lelah berpetualang.
lelah terengah,
dan udara menghampa.
penat kurambah pucuk duri,
ujung ilalang.
menentang angin yang begitu kuat menampar.
meremukkan tulang-tulang tengkorak,
merepihkan belulang dan kulitku.
kapan aku pulang?
aku lelah berjalan.
tapi, waktu masih terus menyeretku.

episode di Bumi

menunggu tetesan embun
yang jatuh di tepi malam
di pucuk daun mangga di samping rumah
yang kuharap tak mengering
mungkinkah menunggu pelangi itu ?
seperti mengharap matahari
di kepekatan malam
sesungguhnya, telah ada sejak dulu
tentang kata-kata yang bertuah
yang tersurat di putaran waktu
dan memenuhi langit dengan makna
berbincang tentang bumi berputar
bercakap tentang cara meniti masa
semua telah tertulis di kitab
dan itu tersimpan dalam jaman
: tinggal niat menyiratnya
menari jari berhitung keagungan
doa bersenandung hanya di hati
terus menelisik dosa yang tertinggal
menetes manik air menyentuh tanah
kuadukan keresahan
yang tak juga terkikis di perjalanan